Ad Code

Responsive Advertisement

MENGOBATI KESEDIHAN DENGAN NGEBLOGG


Usiaku tidak muda lagi saat pertama kali mengenal blog. Walaupun sudah sering bersentuhan dengan blog. Membaca tulisan-tulisan di blog orang lain merupakan kebiasaanku kala mengisi waktu luang bahkan mencari informasi yang berhubungan dengan profesiku sebagai guru, biasanya berasal dari blog orang.


Namun menulis di blog atau istilah orang-orang yang sudah senior “ngeblogg”, saya masih sangat belia bahkan tergolong masih bayi. Hihihi…
Malu?
Tidak!

Saya bangga mengakuinya. Karena berdasarkan pengalaman dengan emak-emak di dunia nyata, ternyata masih sangat banyak yang belum tahu tentang dunia yang sangat mengasyikkan ini. Terutama emak-emak seusiaku.

Bermula dari perasaan galau ingin mencurahkan perasaan di suatu “tempat” yang menjadi milik sendiri, lalu seorang teman kuliah (emak-emak kuliah lagi hihihi) memperkenalkan blog kepadaku. Maka mulailah saya menulis di situ.
Tulisannya yah...macam-macam. Mulai tugas-tugas kuliah, foto-foto, bahkan resep-resep makanan. Pokoknya, ide apa saja yang ada di kepala, saya tuangkan dalam blogku.

Sebagaimana seorang pemula, semua mau dicoba. Maka jadilah saya ditegur oleh teman. 
“Bunda ..jangan masukkan sembarangan di blog, seluruh dunia bisa baca lho” katanya.

Auuups…alamak, bagaimana ini?

Dasar sayanya yang kurang ilmu maka stop lah kegiatan ngeblog itu.
Akibatnya blog itu ngambek, raib entah kemana. Mungkin karena blognya gratis dan sangat jarang dikunjungi lagi. Entahlah.

23 November 2015, terjadi peristiwa yang menyedihkan. Musibah kebakaran merenggut harta bendaku yang tidak seberapa. Tanpa disadari saya mengalami kehampaan.
Saya menutupi perasaanku dengan berpura-pura tidak bersedih, intinya tidak mau bersedih hanya karena musibah kebakaran itu. Mencoba ikhlas, mencoba bersemangat. Namun di sisi lain jauh di sudut hatiku terasa ada perasaan hampa.

Karena ternyata beban psikologi dari peristiwa itu bukan hanya karena kehilangan harta tetapi ada yang lain. Ada perasaan malu, perasaan dikasihani, perasaan dicuekin, perasaan diejek, perasaan disumpahin. Pokoknya sangat sensitif.

Astagfirullh!
Saya harus menepis semua itu. Ini sudah tidak sehat.

Lalu teringat blog saya yang raib itu.
Maka mulai lagi belajar membuat blog, menulis lagi.
Walaupun tulisannya remeh temeh, tetapi saya senang mencurahkan semua perasaan.
Saya  menuliskan apa saja yang ada dipikiran, apa saja yang ada di hati. Belajar dan belajar mengejar ketertinggalan saya.

Perlahan tetapi pasti, saya menemukan lagi kebahagiaan itu. Perasaan hampa telah sirnah.
Lalu seorang perempuan menawan  Mugniar Bundanya Fiqthiya
memperkenalka saya dengan  berbagai macam grup blogger. Hingga akhirnya  diterima bergabung dalam komunitas blogger Makassar Anging Mammiri.

Duniaku serasa semakin berwarna, berkenalan dengan berbagai orang yang telah lama menekuni dunia blog. Ilmuku semakin bertambah, dengan membaca postingan-postingan mereka.
Duhai..bahagia tiada terkira. Mengetahui begitu banyaknya orang-orang muda di kotaku yang sangat berbakat menulis. Bahagia berkenalan dengan mereka, orang-orang yang dengan tuisannya akan mengubah dunia. Sekecil apapun perubahan itu.

Apakah mulai ngeblogg tidak mendapatkan tantangan?
Oh ada saja, tantangan itu. Bahkan mendapatkan kecaman.
Sebgaimana  beberapa teman yang mempertanyakan kegiatanku ini, bahkan mereka tanpa ampun menghakimi (hihihi.. kata “menghakimi” kayaknya terlalu lebay yah),
“ iiihhh…kamu tidak punya malu, bergabung dan berteman dengan orang-orang yang pintar, senior dalam dunia blog. Kamu tahu apa itu blog?” Katanya nyinyir
Ah perduli amat dengan kenyinyirannya, saya kan tidak melakukan pelanggaran, tidak merugikan orang kan?

Kalau dikatakan saya tidak punya rasa malu ngeblogg padahal ilmu saya masih seupil dan tulisannya tidak sebagus tulisan para blogger yang sudah senior itu, tidaklah. Kan, namanya juga yunior. (Mencoba membela diri, hihihi..)

Yang pasti, saya bahagia!
Titik!
Karena…
Kebahagiaan ngeblogg inilah nanti yang akan saya bagikan kepada setiap orang terutama kepada anak-anakku. Agar kelak jika saya telah tiada mereka akan mengenang dengan emaknya yang selalu bersemangat belajar dan menemukan kebahagiannya yang lain dengan “ngeblogg”


 Jangan lupa bahagia, seberat apapun masalahmu!

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog #10tahunAM



Posting Komentar

3 Komentar

  1. Semangat terus nulisnya kak... yang penting happy! :)

    BalasHapus
  2. Kisah yng sama, sekarang membuat sy bangkit lg menulis sejak iidn bangikit kembali, selama 4 tahun fakum dari dunia menulis ternyata dampak juga ke otak untuk mencairkan ide ide yg cemerlang. , ,dan dengan fakumnya kepenulisan itu dua blog lupa email dan paswordnya

    BalasHapus
  3. Kk, saya udah punya blog dr 5 thn yg lalu wkt praktek kuliah tp sampai skrg belum tau mau diapakan, boleh dibimbing gak?

    BalasHapus

Ad Code

Responsive Advertisement